ALIBI.id [14/9/2023] – Aceh dikenal sebagai penghasil padi yang beragam di masing-masing daerah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, rata-rata produktivitas padi di Aceh pada tahun 2022 mencapai 55 ton per hektar, dengan jumlah keseluruhan mencapai 1,5 juta ton.
Produksi padi yang tumbuh subur di Aceh membuka pasar bagi usaha penggilingan padi. Dari usaha ini, profit yang didapat tidak hanya dari upah giling, namun juga dari penjualan dedak atau katul ke pihak lain.
Peluang usaha tersebut berhasil dimanfaatkan Icha Ramalisa Febriyanti (28), warga Desa Lhang, Kecamatan Setia, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Melalui kejeliannya membaca peluang, ia sukses menjalankan usaha kilang padi UD Berkat Dilan Jaya di tanah kelahirannya.
“Alhamdulillah, usaha kilang padi ini telah saya jalani selama enam tahun. Dan insyaallah terus berkembang,” ujarnya, Jumat (8/9/2023). Dikatakan, sebelum memiliki kilang secara mandiri, ia sempat bekerja sama dengan kilang padi milik kerabatnya selama dua tahun.
Baca juga: Bank Aceh dukung edukasi dan inklusi keuangan melalui program Jaksa Masuk Dayah
Icha mengakui di awal perjalanan bisnisnya mengalami kendala dalam memenuhi kebutuhan permintaan. Hal tersebut terjadi akibat minimnya modal untuk pembelian bahan baku dalam bentuk gabah. Apalagi, ketika harganya mengalami kenaikan, seperti saat ini yang berada di kisaran Rp5 ribu – 6 ribu per kilogram.
“Kami tidak dapat memenuhi banyak permintaan ketika modal kerja yang ada belum mampu menyerap persediaan di lapangan. Meskipun sebenarnya potensi yang ada sangat besar untuk memenuhi kebutuhan pasar,” ujarnya.
Apalagi, sumber gabah yang dipasok Icha tidak hanya berasal dari wilayah yang berada di Kabupaten Abdya, tetapi juga di sejumlah kabupaten lainnya seperti Aceh Jaya, Singkil, dan Aceh Barat. Dikatakannya, hal tersebut kerap terjadi ketika musim panen terjadi.
Lantas, setelah memiliki pengalaman dan memahami prospek bisnis yang dijalani, Icha memberanikan diri untuk mencari alternatif sumber modal untuk memperkuat bisnisnya. Hal ini guna merealisasikan keinginannya melakukan ekspansi terhadap usaha.
“Saat itu, saya mendapatkan informasi bahwa proses pengajuan fasilitas pembiayaan di Bank Aceh cepat dan mudah. Saya langsung mengunjungi Bank Aceh terdekat,” ujarnya.
Baca juga: Berpredikat sangat bagus, Bank Aceh raih penghargaan Infobank Award 2023
Dikatakan, setelah dilakukan survei dan memenuhi persyaratan, dalam waktu singkat Icha memperoleh tambahan modal dari Bank Aceh. Ia memperoleh fasilitas Pembiayaan KUR Syariah dengan menggunakan akad Musyaraqah Mutanaqisah (MMq).
MMq adalah salah satu bentuk skema dalam pembiayaan Syariah yang dapat dimanfaatkan untuk bisnis baik perorangan maupun perusahaan. MMq untuk pembelian aset usaha (investasi).
Selain itu, akad tersebut juga dapat memanfaatkan aset yang sudah dimiliki untuk memperoleh pembiayaan yang akan digunakan untuk tujuan komersil seperti pembelian bahan baku, stok, pembayaran gaji karyawan dan sebagainya.
Dengan metode angsuran, fasilitas pembiayaan dengan skema MMq memberikan benefit fleksibelitas dalam pembayaran angsuran, atau jadwal pembayaran pembiayaan modal kerja sesuai dengan kondisi keuangan usaha.
Adapun, fasilitas pembiayaan yang diperoleh Icha dipergunakan untuk penambahan modal kerja, terutama digunakan untuk pembelian gabah atau beras dari sejumlah pemasok yang merupakan petani individu maupun kelompok yang sebahagian besar melakukan transaksi secara tunai.
Baca juga: Dukung Pasar Tani, komitmen Bank Aceh tingkatkan ekonomi masyarakat
Dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan, menurutnya, mampu memenuhi kebutuhan kilang padi. Selain itu, saat ini ia telah menggunakan tenaga kerja sebanyak 7 orang.
“Hal ini dapat menambah pendapatan daerah dan mengurangi tingkat pengangguran karena lapangan kerja yang tercipta semakin besar. Khususnya untuk masyarakat sekitar Kecamatan Setia, dan umumnya di Kabupaten Aceh Barat Daya sendiri,” ujarnya.
Ditambahkan Icha, saat ini pasar Kilang Padi Berkat Dilan Jaya dengan merek dagang beras DJ telah menjangkau pasar di sejumlah kabupaten kota seperti Subulussalam, Singkil, Aceh Tenggara. “Produk beras kami juga telah menjangkau hingga ke kabupaten Sidikalang, Provinsi Sumatera Utara,” ujarnya.
Setelah mendapatkan fasilitas pembiayaan, omzet kilang padi Icha saat ini mencapai rata-rata hingga Rp200 juta dalam sebulan. “Alhamdulillah, dengan fasilitas pembiayaan dari Bank Aceh, kami lebih fleksibel dalam menyusun strategi bisnis,” tutupnya.
Icha berharap, selain memperoleh profit, usaha yang dijalaninya juga dapat memberikan kontribusi positif bagi ketahanan pangan baik di Aceh, maupun nasional.