Jangan tunggu ketika sudah di surga nanti baru berjumpa para bidadari, selagi masih di bumi mari siapkan mental dan fisik untuk mendinginkan badan yang gerah di aliran Air Terjun Tujuh Bidadari.
ALIBI.id [6/10/2022] – Siapa yang tidak tertarik nan penasaran ketika mendengar nama “tujuh bidadari”. Benar, nama tersebut kini disematkan pada salah satu destinasi wisata di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, yaitu Air Terjun Tujuh Bidadari.
Terletak di Gampong Pulo Meuria, Kecamatan Geureudong Pase air terjun ini mulai dilirik banyak wisatawan. Sebentar, redaksi ini ingin terlebih dulu mengulik sedikit historis (sejarah) penamaan destinasi tersebut.
“Bagi wisatawan yang ingin ke sana jangan ciut dulu. Keindahan objek wisata Air Terjun Tujuh Bidadari dapat terbayar dengan lunas bahkan lebih,” terang Zulfahri.
Sejarah mencatat, maklumat perang Belanda terhadap Aceh tertanggal 26 Maret 1873, tepatnya tiga tahun setelah Belanda menerapkan kebijakan “Pintu Terbuka”, dengan kata lain penyerangan Aceh setelah 278 tahun Belanda menjajah Pulau Jawa serta wilayah Nusantara lainnya.
“Masyarakat Aceh memang menanam kebencian besar terhadap Belanda, ini semua dibangun dari landasan perbedaan agama. Aceh begitu kental dengan syariat Islam-nya ketika itu,” ungkap Muhammad Haikal, dosen pada Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala, Kamis (6/10/2022).
Penguasaan Aceh oleh Belanda lamban tapi pasti, begitupun perlawanan dari setiap daerah di Aceh juga giat dilakukan. Bagi masyarakat yang tidak sanggup melawan memilih mengasingkan diri ke hutan, kiranya pada wilayah yang tak sanggup dijangkau serdadu Belanda.
Salah satu keluarga di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh memilih mengasingkan diri dari pengaruh Belanda, bukan khawatir dibunuh melainkan takut akan dikotori akidah keislaman keluarganya. Benar, gospel (penyebaran agama kristen) merupakan salah satu misi penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa.
Historiografi (penulisan sejarah) tradisional memang tidak menjelaskan secara rinci siapa saja nama dari anggota keluarga dimaksud, namun jelasnya sepasang suami istri dengan satu anak laki-laki dan tujuh anak perempuan memilih mengungsi ke Gampong Pulo Meuria, Kecamatan Geureudong Pase, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, tepatnya dekat dengan Air Terjun Tujuh Bidadari (sekarang).
Keluarga ini bermukim dekat dengan aliran sungai nan indah. Bagaimana tidak, sungai ini dilukis Rabbana dengan tujuh tingkatan air terjun serta satu telaga. Untuk mengatur lokasi pemandian kepada anak-anaknya, sang kepala keluarga membagi setiap tingkatan air terjun kepada setiap satu putrinya, sedangkan satu telaga diberikan kepada seorang putra.
Mereka menggantungkan kehidupan pada aliran sungai tersebut, dan tidak diketahui ujung penghidupan keluarga dimaksud. Atas dasar historis di atas lokasi tersebut kini dikenal dengan Air Terjun Tujuh Bidadari.
Zulfahri (26), salah satu wisatawan yang pernah bertandang ke sana mengungkap pada media ini pada Kamis (6/10/2022) di Banda Aceh. Menurut Zulfahri mengunjungi Air Terjun Tujuh Bidadari memerlukan tenaga ekstra, berada di tengah hutan dan medannya sulitnya ditempuh.
“Mereka yang menuju ke sana tak hanya butuh modal nekat saja, tapi harus memiliki informasi yang sangat akurat, mental dan fisik kuat,” jelas Zulfahri.
Menurut Zulfahri, untuk mengunjungi destinasi tersebut membutuhkan waktu berkisar 6 jam perjalanan. Berangkat dengan kendaraan dari Kota Lhokseumawe, Aceh, ke pintu rimba memakan waktu dua jam, dari pintu rimba ke titik lokasi harus ditempuh empat jam dengan berjalan kaki.
“Bagi wisatawan yang ingin ke sana jangan ciut dulu. Keindahan objek wisata Air Terjun Tujuh Bidadari dapat terbayar dengan lunas bahkan lebih,” terang Zulfahri lelaki yang menggandrungi kegiatan eksplorasi alam di Aceh.
Menurutnya, objek wisata ini menjadi dilematis bagi pemerintah Aceh Utara. Jika akses ke sana dipermudah dengan membangun jalan bagi kendaraan tentu akan lebih banyak wisatawan yang berkunjung, namun akan mengurangi nilai wisata eksplorasi bagi para pecinta alam lewat kegiatan-kegiatan fisik petualangan.
Penasaran dengan wisata yang satu ini? Jangan tunggu ketika sudah di surga nanti baru berjumpa para bidadari, selagi masih di bumi mari siapkan mental dan fisik untuk mendinginkan badan yang gerah di aliran Air Terjun Tujuh Bidadari.
Discussion about this post