ALIBI.id [29/8/2022] – Aceh memiliki ragam kuliner yang siap memanjakan lidah para penikmatnya. Bahkan sebagian kuliner Aceh juga sudah merambah pasar nasional. Misalnya mie Aceh.
Namun, ada kuliner yang berbeda dari Kabupaten Aceh Jaya. Kuliner unik yang diberi nama Gurita Lamno atau yang disingkat jadi Guritno, ini menjadi sajian makanan yang nikmat bagi pecinta sea food.
Kuliner itu pertama kali oleh Rizki Fadli. Ide pertama kali membuat makanan tersebut saat dirinya melihat banyak gurita hasil tangkapan nelayan. Potensi itulah yang coba dimanfaatkan oleh Rizki Fadli. Pemuda asal Aceh Jaya ini memiliki insting jika gurita tersebut diolah dengan konsep berbeda, maka akan mendongkrak nilai jual di pasaran.
Jika selama ini produk gurita yang dikenal hanya diasinkan atau dijemur, Rizki Fadli mencoba menjual produk tersebut yang telah dibekukan dan dikemas semenarik mungkin. Upaya tersebut ternyata membuahkan hasil.
“Banyak yang tidak tahu gurita ini per hari bisa mencapai 2 ton, ini potensi luar biasa untuk kita kembangkan,” kata Rizki Fadli beberapa waktu lalu.

Rizki Fadli merintis usaha di bidang gurita sejak akhir 2019. Sebelum terjun ke bisnis makanan laut (seafood) ini, Rizki Fadli sudah mencoba menggeluti bidang kopi dan fesyen. Namun tidak menampakkan hasil maksimal.
Rizki Fadli menyadari kopi dan fesyen adalah dua bisnis yang menjanjikan, namun sangat kompotitor baik di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional. Siapa saja yang baru terjun ke dunia itu harus siap memutar otak bagaimana usahanya bisa bersaing di tengah-tengah kebanjiran pengusaha lain yang terlebih dulu terkenal dan berpengalaman.
“Pengamatan saya di fesyen itu, jika tahun ini tidak laku maka tahun depan sudah masuk model baru. Saya sudah bermain satu tahun, namun tidak menghasilkan, harus kita desain sendiri, baru bisa bersaing, karena itu lah saya beralih ke gurita,” kata Rizki Fadli.
Lahir dan tumbuh besar di pesisir Lamno, Aceh Jaya, Rizki Fadli coba banting stir menjadi pelaku usaha di bisnis gurita. Awalnya, produk gurita tersebut diproduksi dan ditawarkan secara terbatas, terutama kepada teman-temannya.
Gurita hadir pada akhir tahun 2019 dan Alhamdulillah sudah kita patenkan pada tanggal 15 bulan 2 2020.
Rizki Fadli juga menawarkan produk tersebut melalui media sosial, baik WhatsApp, Instagram, Facebook dan media sosial lain. Seiring berjalan waktu, Rizki Fadli terus memperbaiki konsep produk yang dijual tersebut.
“Awalnya gurita tersebut saya bawa ke teman-teman, tahap pertama dalam kap kue, sekarang sudah dalam toples, dari masukan teman-teman, konsep penjualan terus disempurnakan,” kata Rizki Fadli.
Rizki Fadli mengatakan bawah gurita tersebut mulai diproduksi pada akhir 2019. Awalnya, produk tersebut diberi nama Gurita Lamno, lalu berubah menjadi Gurita Geurute, Gurita Empuk hingga akhirnya Guritno.
Guritno sendiri, terang Rizki Fadli, merupakan akronim dari Gurita Lamno. Dengan mengusung tagline, “Gurih-empuk-ngangenin” dan “Teu Lom Lom Meuriwang Lom”, Guritno kini telah diakui dan terdaftar Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI.
“Gurita hadir pada akhir tahun 2019 dan Alhamdulillah sudah kita patenkan pada tanggal 15 bulan 2 2020,” sebut Rizki Fadli.
Ia menyampaikan bahwa pemberian nama Guritno adalah juga masukan dari teman-temannya, terutama mereka yang ngefans dengan Wulan Guritno, aktris keturunan Jawa Inggris. Penamaan ini sempat menuai pro dan kontra.
“Sempat menuai pro dan kontra terkait nama itu, namun pada akhirnya saya ambil sikap tetap Guritno, Alhamdulillah sudah ada HAKI, lolos izin dengan nama Guritno,” ujar Rizki Fadli.
Pada awal mulai bisnis tersebut, Rizki Fadli membeli bahan baku gurita itu dari para nelayan di kawasan Aceh Jaya. Setelah diolah, produk gurita dititip ke restoran dan warung mie yang ada di beberapa wilayah di Aceh.
“Jadi mereka bayar sesuai jumlah yang laku,” ujar Rizki Fadli.

Kurang lebih satu tahun, Guritno mulai menampakkan hasil. Rizki Fadli kemudian membuka sebuah warung mie khas Aceh di kawasan Lamno, Aceh Jaya dengan nama “Warung Guritno” tepatnya pada tahun 2021.
“Alhamdulillah setahun nitip-nitip, ada kemudahan untuk buka warung di Lamno. Di situ mereka bisa makan mie, dan bawa pulang oleh-oleh gurita, mau di mana pun, mau di Jakarta bawa pulang oleh-oleh dengan gurita yang sama,” ucap Rizki Fadli.
Di awal-awal berdiri, Warung Guritno langsung menjadi destinasi wisata terutama pendatang yang melintasi barat selatan Aceh. Menikmati Guritno dengan pemandangan alam Aceh Jaya tentu menghadirkan sensasi tersendiri.
“Alhamdulillah Guritno sudah menjadi destinasi wisata di Aceh dan Guritno sudah menjadi kuliner khas Aceh Jaya,” kata Rizki Fadli.
Bertahan di Tengah Pandemi
Pandemi Covid-19 merusak segala sektor, bukan hanya kesehatan, tetapi juga ekonomi. Guritno menjadi salah satu yang terdampak.
Rizki Fadli menjelaskan bahwa Covid-19 menyebabkan harga Guritno naik dari sebelumnya Rp25 ribu menjadi Rp80 ribu per kilogram. Kenaikan ini akibat mahalnya bahan baku dari para nelayan yang sadar bahwa makanan laut ini laris manis di pasaran.

Kenaikan harga menyebabkan beberapa warung mie tak menerima lagi penitipan. Rizki Fadli kemudian mencari solusi lain, salah satunya menitip Guritno di warung-warung kelas atas menengah, terutama yang berada di Kota Banda Aceh.
“Pihak warung mie sebagian pun mengerti, bahwa bahan baku terjadi kenaikan, jadi ini tetap titip, tapi dengan harga yang agak tinggi karena bahan baku mahal, namun ada warung mie tidak lagi menerima titipan,” ujar Rizki Fadli.
Di samping penitipan, Rizki Fadli juga menyediakan jasa antar langsung ke para pelanggan. Cara ini dilakukan agar Guritno tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19.
“Saya tidak ada kerja lain, mau tidak mau harus cari solusi. Tetap saya antar produknya, kadang-kadang saya antar ke rumah-rumah orang, titip di pagar karena sedang Corona, kemudian diambil,” ujar Rizki Fadli.
Kini, Gurtino terus berkembang seiring usianya yang memasuki tahun ketiga. Rizki Fadli juga terus menjalin hubungan bisnis dengan pelanggan maupun reseller di beberapa daerah di Aceh. Di sisi lain, ekspansi juga terus dilakukan.
Bukan hanya di Aceh Jaya, Rizki Fadli kini juga membeli gurita dari nelayan di Aceh Besar, Banda Aceh dan beberapa wilayah lainnya di barat selatan Aceh.
Rizki Fadli bertekat Guritno bisa tembus pasar nasional, bahkan internasional. Sehingga suatu saat ini Guritno ikut andil mempromosikan daerah ujung barat Sumatra itu melalui kuliner.
“Kini Guritno juga sudah mulai dibawa ke beberapa negara melalui jasa titip (jastip), jadi ada warga Aceh yang ke Mesir, Turki, Yaman, nanti dibawa, jadi bukan ekspor,” demikian Rizki Fadli. (**)
Discussion about this post