ALIBI.id [16/9/2022] – Menyadari besarnya potensi kopi di kawasan Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, Muhammad Haris, pemuda daerah itu mencoba memanfaatkan peluang ini agar kopi di daerah tersebut memiliki nilai jual tinggi.
Iya, kopi asal Lamno selama ini memang dikirim ke berbagai daerah, terutama Kota Banda Aceh. Saat tiba di pusat ibu kota Provinsi Aceh itu, kopi Lamno diolah dan dikemas menjadi sebuah merek kopi, lalu dipasarkan hingga ke luar daerah, bahkan luar negeri.
Saat dipasarkan ke luar daerah, mereknya sudah beragam dan pastinya di label kemasan bukan lagi kopi Lamno. Merek-merek kopi tersebut bahkan sudah memiliki nama besar di dunia bisnis kopi saat ini.
Sebagai putra asli Lamno, Muhammad Haris tak ingin sistem tersebut terus berjalan, karena secara hakikat tidak memberi keuntungan bagi daerah kelahirannya.
Alasan tersebutlah kemudian menyebabkan Haris bertekat memajukan kopi di daerahnya melalui sebuah merek atau brand dengan ciri khas asal di mana biji kopi itu dipetik.
Pada Juni 2019, dengan modal semangat dan doa, Haris meluncurkan produk kopi asal Lamno dengan merek Portugis Coffee atau Kopi Portugis. Nama negara Portugal itu sengaja ditabalkan sebagai merek kopi, karena daerah ini memiliki sejarah panjang dengan Portugis sekitar 4 abad yang lalu.
Ketika orang melihat Kopi Portugis, orang tidak tanya lagi, karena ini pasti dari Lamno yang sebagian masyarakatnya bermata biru, rambut merah dan hidung mancung.
Penyerangan yang dilakukan Portugis terhadap Aceh ratusan tahun lalu membuat sebagian prajurit negara itu mendiami kawasan Lamno. Mereka bahkan mengawani perempuan pribumi. Sehingga, hingga saat ini, keturunan Portugis-Aceh masih didapati di kawasan Lamno.
Secara fisik, keturunan Portugis cukup mudah ditanda. Mereka memiliki mata biru, hidung mancung, dan berambut merah kecoklat-coklatan.
“Ketika orang melihat Kopi Portugis, orang tidak tanya lagi, karena ini pasti dari Lamno yang sebagian masyarakatnya bermata biru, rambut merah dan hidung mancung,” kata Haris belum lama ini menceritakan filosofi di balik penamaan produk tersebut.
Dengan merek lokal, Haris bertekat menjadikan Lamno sebagai sentral produksi kopi robusta di Aceh, setelah dataran tinggi Gayo. Karena, menurut dia, dari segi kualitas dan aroma, kopi robusta Lamno memang tak diragukan lagi.
“Dari segi kualitas dan aroma, kopi Lamno sangat terkenal. Robusta, brand-brand kopi terkenal di Banda Aceh pakai kopi Lamno, sehingga ini membuat saya semangat untuk mengembangkan kopi Lamno dengan sebuah merek,” ujar Haris.
Hadirnya Portugis Coffee bukan hanya memberi efek positif bagi diri sendiri, tetapi juga petani lokal di Kawasan Lamno. Hal ini karena Haris menerapkan konsep sociopreneur dalam menjalankan bisnisnya.
Sociopreneuer, terang Haris, merupakan wirausaha sosial, di mana pelaku bisnis dan petani berjalan beriringan untuk mendapat keuntungan.
“Saya mengembangkan konsep sociopreneuer, supaya keuntungan ada sama saya dan petani kopi, kami berjalan beriringan dan saling menguntungkan,” ucap Haris.
Biji Kopi Pilihan
Produk yang dihasilkan Portugis Coffee adalah biji-biji kopi pilihan dari kawasan Lamno. Biji kopi ini kemudian diproduksi dengan cara di-roasting secara mandiri. Setelah tahapan ini selesai, Portugis Coffee dikemas, lalu dipasarkan.
Bukan hanya tingkat lokal, Portugis Coffee kini telah merambah ke berbagai provinsi di Indonesia, baik di Pulau Sumatera, Jawa hingga Kalimantan. Haris belum mencoba menembus pasar internasional, mengingat produksinya masih terbatas.
“Kita fokus pada bubuk kopi robusta dengan harga terendah Rp 15 ribu dan paling mahal ratusan ribu, tergantung jumlah atau beratnya,” kata Haris.
Saat pandemi Covid-19, Portugis Coffee nyaris tenggelam. Beruntung, Haris kemudian melakukan inovasi, salah satunya mencoba memproduksi kopi gula aren. Varian kopi ini ternyata diterima bagus di pasaran.
Selain bubuk kopi robusta dan kopi gula aren, Portugis Coffee kini juga memiliki beragam jenis minuman botol dengan bahan dasar kopi, seperti lamnobusta, kopi sanger, dan anek minuman lainnya.
Dalam melakukan promosi, Portugis Coffee juga ikut meramaikan berbagai event pameran, seperti Festival Kopi Kutaraja. Baru-baru ini, Portugis Coffee hadir di Aceh Culinary Festival (ACF) 2022 tepatnya di Paviliun Kuliner Kabupaten Aceh Jaya.
Portugis Coffee beralamat di Jalan Banda Aceh-Meulaboh, KM. 78, Lamno, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Kini, Portugis Coffee juga telah memiliki cabang di Kota Banda Aceh, tepatnya di Jalan Iskandar Muda, Blang Oi, Kecamatan Meuraxa.
Portugis Coffee dapat dipesan melalui WhatsApp 0852 8671 7144 atau melalui Instagram @portugis.coffee. Sementara secara offline, Portugis Coffee dapat dibeli di tempat produksi di Lamno, Aceh Jaya maupun di gerai cabang Banda Aceh.
Di usianya yang memasuki tahun keempat, Portugis Coffee terus berinovasi dan ekspansi agar usaha tersebut terus berkembang. Demikian juga dengan varian, Portugis Coffee terus melakukan pembaharuan tanpa menghilangkan kualitas.
“Doa, usaha dengan sungguh-sungguh serta semangat menjadi sangat penting, tiga hal itu adalah kunci Portugis Coffee masih eksis hingga saat ini,” demikian Haris.
Discussion about this post