ALIBI.id [4/11/2024] : Kabupaten Nagan Raya kini semakin dikenal sebagai destinasi wisata religi yang menyimpan keunikan tersendiri, salah satunya melalui Masjid Agung Baitul A’la atau lebih dikenal dengan Masjid Giok. Berada di Kompleks Perkantoran Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Masjid Agung Baitul A’la atau Masjid Giok telah menjadi ikon wisata religi di daerah yang dijuluki Bumi Rameune tersebut.
Masjid Giok sendiri diresmikan pada 16 September 2022 oleh Jamin Idham yang saat itu masih mejabat sebagai bupati Nagan Raya. Selama 12 tahun proses pembangunan Masjid Giok banyak hal yang menjadi kendala, mulai persoalan lahan, minimnya anggaran dan sebagainya. Namun, semua tantangan itu dapat di atasi sehingga pembangunannya dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya batu giok awalnya ditambang di pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong. Pengolahannya ditangani tenaga ahli dari Tulung Agung, Jawa Timur. Sementara tempat pengolahan hanya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi masjid itu. Batu giok yang tergolong ke dalam kelompok batu permata atau batu mulia itu digunakan untuk melapisi lantai, sebagian dinding dan tiang dalam masjid dari jenis jadeit, nephrit dan serpentin atau black jade (giok hitam), termasuk untuk pembuatan batu prasasti.
Batu giok yang didominasi warna hijau itu, memiliki kadar yang tinggi dengan skala kekerasan mencapai 7 Mohs. Selain beberapa jenis tersebut, di Nagan Raya juga ditemukan batu giok idocrase atau sering disebut dengan giok solar yang beberapa tahun lalu meraih peringkat pertama dalam Lomba Batu Mulia Indonesia (Indonesian Gemstone) di Jakarta.
Ditambahkan, Masjid Giok berukuran 75 meter x 47,5 meter dibangun di atas lahan seluas tiga hektar dan terdiri dari dua lantai untuk salat, satu lantai basement untuk tempat wudhu’ dan parkir. Kapasitas Masjid Giok bisa menampung 5600 orang jemaah.
Masjid Giok. Terkenal karena kemegahan arsitekturnya yang terbuat dari batu giok asli, masjid ini menarik pengunjung dari berbagai daerah, menjadikannya destinasi wisata religi yang memesona di Aceh saat ini.
Media ini berkesempatan mengunjungi langsung ke lokasi Masjid Giok beberapa waktu lalu. Berangkat dari Banda Aceh dengan menempuh rute sepanjang sekitar 275 kilometer dengan di tempuh dalam waktu sekitar 6–7 jam menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum.
Dari luar, masjid ini tampak sederhana, dengan tampilan bercorak Timur Tengah yang minimalis dan dinding berwarna putih bersih yang membentang luas. Tatanan tangga dan ventilasi yang rapi menjadi elemen pendukung tampilan luarnya yang elegan.
Begitu memasuki aula utama, suasana berubah drastis dengan interior yang memukau. Lantai dan dindingnya dilapisi batu giok, permata hijau yang langka dan bernilai tinggi. Penggunaan batu giok ini memberi kesan sejuk yang nyaman di dalam ruangan. Selain itu, ornamen berwarna keemasan di beberapa sudut menciptakan nuansa mewah dan suasana spiritual begitu kuat.
Pada dinding-dinding masjid, jajaran keramik batu giok dengan gradasi warna alami seperti biru tua, biru muda, hijau, coklat, dan hitam menambah daya tarik visual. Tiang-tiang masjid juga dilapisi batu giok, memperkuat kesan kokoh dan artistik.
Pamandangan semakin terpukau saat mendongak ke dalam kubah, di mana ornamen bergaya Timur Tengah menghadirkan keindahan yang memanjakan mata. Aksen khas ini menciptakan atmosfer layaknya berada di salah satu bangunan megah di negeri Arab. Nuansa hangat dan keindahan detail ukiran serta perpaduan warna yang serasi membuat masjid ini menjadi tempat yang mengundang kekaguman dan ketenangan bagi siapa pun yang berkunjung.
Pj Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Safriati terpesona dengan keunikan Masjid Giok yang berada di atas puncak bukit, menawarkan pemandangan hijau dan udara yang sejuk. “Luar biasa. Berada di puncak, nampak pemandangan hijau-hijau, dan sejuk sekali dengan suasana yang begitu damai,” katanya dengan penuh kekaguman.
Selain pemandangannya, Safriati juga mengagumi keindahan interior masjid yang dihiasi lantai motif batu giok. Batu giok yang digunakan di Masjid Baitul Ala berasal dari sumber alam lokal di Nagan Raya, yang terkenal dengan kualitasnya. Lantai masjid di desain dengan pola elegan dan bernilai estetika tinggi, memancarkan kemegahan dan keagungan masjid ini.
Usai melaksanakan salat dhuha, Safriati menyampaikan betapa besar potensi wisata religi yang dimiliki Masjid Giok. “Kekayaan alam ini luar biasa, dan masjid ini adalah contoh bagaimana kita bisa memanfaatkannya untuk pembangunan tempat ibadah yang indah. Harapannya, Masjid Baitul Ala bisa menjadi daya tarik wisata religi, memperkenalkan keindahan batu giok serta kearifan lokal kita kepada masyarakat luas,” ujar Safriati.
Di akhir kunjungannya, Safriati mengajak masyarakat Indonesia untuk berkunjung ke Masjid Giok, merasakan keindahan arsitektur sekaligus menikmati suasana yang menenangkan.
“Saya mengajak semua masyarakat Indonesia untuk hadir ke Masjid Baitul Ala ini. Mari kita saksikan sendiri keindahan dan kekayaan alam yang luar biasa di sini,” tuturnya.