ALIBI.id [7/6/2023] – Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) inspeksi mendadak (sidak) ke Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Senin (5/6/2023) siang. Dalam sidak tersebut, ditemukan beberapa permasalahan pelayanan dan fasilitas yang belum mendapat penanganan serius dari Pemerintah Aceh.
“Ini akan menjadi atensi khusus dari kita dan kita akan meminta Pemerintah Aceh untuk memberikan perhatian khusus kepada RS Zainal Abidin karena ini ‘kan menjadi rujukan 23 kabupaten/kota,” ujar anggota Komisi V DPRA, M Rizal Falevi Kirani di sela-sela sidak tersebut.
Baca juga: KIP Aceh sebut banyak Bacaleg DPRA belum penuhi persyaratan
Dia menyebutkan beberapa temuan pihak DPRA dalam sidak tersebut, nyaris serupa dengan sidak yang dilakukan sebelumnya seperti jumlah antrean pengambilan obat pasien masih membludak, plafon rumah sakit yang rusak dan lembap, hingga pendingin ruangan di beberapa kamar khusus pasien BPJS Kesehatan yang dianggap belum optimal.
“Ada banyak temuan yang sebenarnya 4-5 bulan lalu juga menjadi temuan. Sebenarnya kami sangat kecewa dengan temuan-temuan itu dan jauh sebelumnya sudah kita ingatkan, seperti AC yang jauh-jauh hari sudah kita ingatkan,” tegas Falevi Kirani dalam sidak yang turut dihadiri Ketua DPRA Saiful Bahri bersama anggota Komisi V DPRA lainnya Irpannusir, Muslim, dan Tarmizi, SP.
Lebih lanjut, Falevi Kirani mewakili anggota Komisi V DPRA lainnya menyebutkan, RS Zainal Abidin merupakan BLUD yang memadai dan masih bisa diperbaiki terkait temuan-temuan tersebut. Menurutnya hal yang perlu menjadi penekanan adalah bentuk keseriusan Pemerintah Aceh tentang tata kelola rumah sakit plat merah tersebut.
“Dalam waktu dekat ini kami akan memanggil Pemerintah Aceh untuk meminta keseriusan tentang tata kelola rumah sakit Zainal Abidin, apakah ini serius atau bagaimana. Ini bukan permainan karena ini menyangkut nyawa orang,” kata Falevi yang didengar langsung Direktur RSUZA dr Isra Firmansyah.
Baca juga: Asisten I Sekda Aceh hadiri rapat Persetujuan Penetapan Raqan Usul Inisiatif DPRA
Dalam sidak tersebut, Anggota DPRA juga turut mendengar keluhan pasien yang komplain terkait sisi pelayanan dari pihak RSUZA, terutama saat menebus resep di ruang farmasi.
Komisi V DPRA berharap komplain dari beberapa pasien terkait pelayanan tersebut dapat ditindaklanjuti oleh manajemen RSUZA secara serius, agar jumlah antrean tidak membludak seperti yang terlihat saat sidak dilakukan.
“Walaupun tidak maksimal, tetapi kita harapkan selalu ada perbaikan yang lebih baik, tapi ternyata hari ini tidak [tidak diperbaiki],” sebut Falevi.
Falevi menegaskan, pihaknya dalam waktu dekan akan memanggil Pj Gubernur Aceh untuk mempertanyakan keseriusan dalam pembenahan Rumah Sakit Umum Zainal Abidin dengan adanya temuan berulang dalam sidak itu.
Baca juga: DPRA minta Presiden Jokowi realisasi RPP Zakat Pengurang Pajak
Sementara itu, Direktur RSUZA, dr Isra menjelaskan adanya alur pelayanan di rumah sakit yang dipimpinnya tersebut. Hal ini disampaikan dr Isra menyikapi keluhan pasien yang mengaku telah empat kali antre untuk menebus resep dokter.
“Jadi sebenarnya alur pelayanan di Rumah Sakit Zainal Abidin tidak hanya di farmasi saja, mulai dari antre pertama pasien masuk, kemudian berobat ke poliklinik, kemudian keluar resep, dan baru masuk ke instalasi farmasi untuk mendapatkan obat-obatan,” ujar dr Isra.
Panjangnya jalur antrean tersebut, menurut dr Isra terjadi lantaran pasien mendaftar ke RSUZA melalui loket resmi atau on-side. Padahal, kata dia, RSUZA telah menyediakan fasilitas berobat dengan mendaftar secara online.
“Dan itu disediakan oleh BPJS dan sudah disosialisasikan beberapa tahun lalu,” ujar dr Isra.
Baca juga: RSUDZA raih penghargaan instansi publik dengan layanan inovatif
Menurutnya dengan mendaftar secara online tersebut dapat memangkas jarak antrean. Di sisi lain, menurut Isra, jumlah antrean pasien juga sudah lebih baik jika dibandingkan beberapa tahun lalu setelah pihaknya melakukan revitalisasi rumah sakit serta membuka pelayanan pendaftaran berobat secara online.
“Di Farmasi maksimal pukul 17.00 WIB sudah tidak ada lagi [antrean],” katanya.
Dia beralasan penumpukan jumlah antrean seperti yang terlihat dalam sidak Senin, 5 Juni 2023 siang tadi justru disebabkan adanya hari libur pada akhir pekan lalu, yang menyebabkan delay dalam pelayanan pasien terutama hari pertama kerja.
“Dengan masa hari libur panjang, pasti menyebabkan delay ataupun adanya penumpukan,” kata dr Isra.
Selain itu, dr Isra beralasan terjadi penumpukan antrean di ruang Farmasi juga disebabkan pasien enggan antre di luar ruangan karena suhu daerah yang panas. Padahal, menurutnya, di luar ruang farmasi juga dibuka loket serupa.
Baca juga: DPR Aceh temukan sederet masalah di RSUDZA
Meskipun demikian, dr Isra mengakui akan memperbaiki pelayanan yang kurang termasuk akan memasang kanopi di loket Farmasi untuk mencegah hal serupa terulang.
“Sehingga kalau ada pasien-pasien yang antre tidak langsung terkena panas matahari,” lanjutnya.
Kendala lain yang dihadapi RSUZA sehingga menyebabkan antrean panjang juga dipicu oleh kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) saat meracik obat. Menurutnya peracikan obat untuk pasien tidak langsung bisa disediakan karena harus menurut resep, sehingga membutuhkan waktu.
“Itu tidak bisa kita siapkan langsung, tergantung resep. Nah, kemudian mengenai tenaga juga demikian. Alhamdulillah sekarang kita sudah ada PPPK karena kita tidak boleh menerima tenaga kontrak. Insyaallah mudah-mudahan tenaga yang diperbantukan di farmasi akan juga bertambah,” sebut dr Isra.