ALIBI.id [01/10/2022] – Pandan memang dikenal memiliki banyak kegunaan, terutama untuk membuat bahan kerajinan dalam bentuk anyaman. Aceh Timur misalnya, kabupaten ini telah memiliki sentral kerajinan anyaman pandan yang berlokasi di Gampong Alue Dua Muka O, Kecamatan Idi Rayeuk.
Di sini, kerajinan anyaman pandan yang dihasilkan beragam seperti dompet, kotak tisu, tas, tikar duduk, sajadah, sarung bantal kursi, tempat aqua, hingga tempat pensil.
Bukan tidak beralasan, pandan memang tumbuh subur dan melimpah di Gampong Dua Muka O, sehingga bahan baku mudah diperoleh oleh pengrajin. Hal tersebut menunjang keberlanjutan produk yang dihasilkan.
Secara geografis Desa Alue Dua Muka O terletak di kawasan pesisir Aceh Timur. Di daerah ini banyak ditemui tanaman perdu—tumbuhan pandan—yang digunakan sebagai bahan baku utama.
Pada sentral kerajinan anyaman pandan, terdapat dua kelompok pengrajin, yakni “Pandan Berseri” dan kelompok “Pandan Bungong Seukee”.
Keahlian membuat kerajinan anyaman pandan di Desa Alue Dua Muka O merupakan ilmu yang diwariskan secara turun-temurun dari orang tua kepada anak-anaknya.
Masing-masing kelompok beranggotakan 10 orang, kelompok tersebut kini aktif memproduksi atau menyediakan beragam hasil kreasi sulaman tangan dengan merek “Tikar O”, lalu dipasarkan ke berbagai daerah, hingga luar provinsi Aceh.
Sebagai komunitas penenun daun pandan, Tikar O menggabungkan keahlian pengrajin untuk menciptakan produk dengan desain dan warna yang unik dengan tetap menjaga kualitas alami dari daun pandan.
Menurut pemilik Tikar O Awarida, kelompok kerajinan ini berdiri sejak 2013. Lahirnya usaha ini berkat dorongan dari Pemerintah Provinsi (Pemkab) Aceh Timur.
“Kemudian, binaan berlanjut pada 2014 dari Dekranasda Aceh Timur, lalu berlanjut ke pelatihan-pelatihan,” kata Awarida.
Awarida menyebut, Tikar O memperkenalkan berbagai macam produk yang dibutuhkan ibu rumah tangga, antara lain dompet, tas, kotak tisu, tempat aqua, sarung bantal kursi, sajadah, tikar duduk, hingga tempat pensil.
Produk-produk tersebut merupakan hasil pengerjaan langsung oleh tangan-tangan pengrajin berpengalaman, setiap penenunan membutuhkan ketelitian dan konsentrasi untuk dapat menciptakan pola yang unik nan indah.
“Jadi Tikar O memiliki keunggulan tersendiri, di mana proses pembuatannya sangat teliti, sehingga produk dihasilkan berkualitas,” sebut Awarida.
Ia menyebut, produk-produk tersebut memiliki harga yang berbeda-beda tergantung jenis dan coraknya, ujarnya. Misalnya, dompet bersulam dijual seharga Rp65 ribu, dan sandal bersulam pita seharga Rp40 ribu.
Selain itu, Awarida menambahkan, sarung bantal kursi terawang dibanderol dengan harga Rp100 ribu, tas serut Rp 80 ribu, tikar duduk Rp 60 ribu, dan sendal Rp 35 ribu. “Jadi harganya cukup bervariasi, ada juga yang paling murah yaitu tempat pensil hanya Rp20 ribu, dompet juga ada yang Rp20 ribu dan Rp 30 ribu,” papar Awarida.
Sebelum adanya kelompok kerajinan tangan, Awarida mengaku bahwa dirinya dan perajin lainnya menjalankan usaha sendiri dari rumah masing-masing. Proses produksi juga terbatas, tergantung pesanan.
“Memang anyaman ini sudah kami mulai sejak masa dari nenek dulu, tetapi tidak terkenal seperti sekarang ini, dulu cuma untuk orang yang memesan saja,” kata Awarida.
Setelah kehadiran tim pengrajin, Arawida menjelaskan, proses produksi dilakukan secara konsisten, sehingga akan ada kelangsungan usaha. Jadi, ketika produk diminta oleh konsumen, produk tersebut sudah tersedia.
“Laku tidak laku tetap diproduksi, saya kira itu saja kuncinya agar tetap eksis,” ucap Awarida.
Produk usaha Tikar O laku keras di pasaran sejak beberapa tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19. Selain dipasarkan melalui online dan offline di tempat produksi, Tikar O juga kerap dilibatkan dalam pameran-pameran, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Sebelum pandemi, Awarida mengaku memiliki omzet sekitar Rp 4 juta per bulan. Sementara itu, selama pandemi, proses penjualan anjlok. Namun, Awarida tetap berproduksi melalui pemasaran online.
Pemasaran online, tambah Awarida, dilakukan melalui marketplace, Instagram, WhatsApp, dan Facebook. Dan Fecebook merupakan yang paling efektif dalam menarik calon pembeli.
“Marketplace sudah kami coba, tetapi tidak maksimal, selama ini kami banyak laku di Facebook,” kata Awarida.
Awarida bersyukur pandemi Covid-19 telah berakhir. Ia berharap pameran-pameran yang sempat terhenti sebelumnya bisa digelar kembali. Ia juga berharap pemerintah dapat membawa Tikar O ke pameran di tingkat nasional.
“Selama ini kami dibawa oleh Dekranas Aceh Timur dan Dekranasda Aceh, semoga ke depan dibawa lagi,” harap Awarida.
Untuk menggugah minat pembeli, berbagai produk Tikar O dipromosikan di jejaring sosial, baik Instagram maupun Facebook. Untuk proses pembelian produk-produk Tikar 0 bisa menghubungi Instagram @tikar_O atau Facebook Pandan Berseri.
Selain itu, pembeli juga bisa menghubungi Instagram Owner Tikar O, @alwaridahalwaridah atau mendatangi langsung tempat usaha di Desa Alue Dua Muka O, Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur. “Jika pembeli membeli secara online, barangnya akan kami kirimkan ke alamat sesuai pesanan,” papar Awarida.
Discussion about this post