ALIBI.id [10/10/2022] – “Apalah arti sebuah nama”, mungkin kalimat tersebut sedang melekat pada salah satu destinasi wisata di Aceh. Benar demikian, Desa Alue Rimee, Kecamatan Pirak Timur, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, menyuguhkan satu air terjun indah yang kerap disebut Air Terjun Tanpa Nama.
Air terjun ini terletak tidak jauh dari makam Cut Mutia salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Berjalan ke arah selatan makam dengan durasi waktu 20 menit perjalanan kaki kita akan sampai pada air terjun dimaksud.
Air terjun satu ini tingginya memang tidak seberapa, hanya tiga meter saja, namun lebar yang mencapai 40 meter membuat lukisan alamnya begitu indah.
“Letak air terjun tersebut tidak jauh dari lokasi makam Cut Mutia. Kita hanya perlu jalan kaki sekitar 20 menit ke arah selatan makam,” ungkap Martin Nassa’i pada ALIBI.id, Senin (10/10/2022) di Banda Aceh.
Martin merupakan salah satu wisatawan yang pernah berkunjung ke air terjun tanpa nama, ia begitu mengagumi keindahan alam di air terjun tersebut, keindahan yang akan menampik lelahnya perjalanan.
Air terjun satu ini tingginya memang tidak seberapa, hanya tiga meter saja, namun lebar yang mencapai 40 meter membuat lukisan alamnya begitu indah. Seluruh lebar badan sungai pada titik tersebut menjatuhkan airnya (air terjun).
Hutan seakan memeluk air terjun tersebut, sejuk nan asri. Jarang dikunjungi wisatawan menjadi ihwal penamaan lokasi wisata ini sebagai “air terjun tanpa nama”.
“Pengunjung akan disambut jalan berlumpur serta harus menyeberang tiga anak sungai, ya cukup memacu adrenalin,” kata Martin.
Sebentar. Martin menggambarkan pada media ini betapa sulitnya untuk bisa tiba ke air terjun tersebut, wisatawan harus menggunakan rute jalan eks Exxon Mobil Oil hingga sampai ke Desa Alue Bungkoh, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara.
Lanjut Martin, dari Alue Bungkoh diperlukan waktu sekitar tiga jam perjalan menggunakan kendaraan roda dua untuk mencapai Desa Alue Rimee. Sesampai di Alue Rimee pengunjung dapat memilih dua opsi perjalanan untuk tiba ke makam Cut Mutia. Pertama, menunggangi motor trail dengan tiga jam perkiraan waktu tempuh, atau memilih jalan kaki selama lima jam.
Baca juga: Keindahan “Bukit Awan” tawarkan sejuta potensi pariwisata di Aceh Tamiang
“Pengunjung akan disambut jalan berlumpur serta harus menyeberang tiga anak sungai, ya cukup memacu adrenalin,” kata Martin. Dari makam Cut Mutia pengunjung dapat mencari rute ke air terjun, dengan nawaitu (niat) menyejukkan badan serta memuji kagum atas keindahan alam ciptaan Rabbana.
Ia menyarankan untuk menggunakan jasa pemandu jika hendak berziarah ke makam Cut Mutia, tentunya sekalian mandi di “air terjun tanpa nama”.
Martin juga berharap kepada pemerintah Aceh Utara untuk memperbaiki jalan akses ke makam Pahlawan Nasional tersebut.
“Alangkah tepatnya jika jalan ke makam Cut Mutia itu kondisinya bagus, sehingga memudahkan akses bagi para peziarah maupun peneliti sejarah,” tandas Martin.
Baca juga: Segudang ‘historis’ dan kemolekan Air Terjun Tujuh Bidadari
Discussion about this post