ALIBI.id [20/4/2023] – Seorang WNI dikabarkan terkena pantulan peluru nyasar pada Minggu (16/4/2023) di tengah konflik militer di Sudan, sementara belasan WNI telah dievakuasi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum.
“Peristiwa itu terjadi pada hari kedua konflik. WNI yang dimaksud tinggal di Arkaweet, dan terkena pantulan peluru nyasar yang menyebabkan goresan kecil di pinggang,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha melalui pesan singkat, Rabu (19/4/2023).
“Saat ini yang bersangkutan sudah sembuh dan sehat,” ujar dia, menambahkan.
Baca juga: 50 mahasiswa Aceh terjebak perang di Sudan
Menyikapi semakin panasnya situasi di Sudan, KBRI Khartoum mengevakuasi 15 WNI ke tempat perlindungan di kantor KBRI, pada Selasa (18/4/2023).
Evakuasi tersebut dilakukan ketika staf KBRI bergerak untuk menyalurkan bantuan logistik kepada para WNI yang terdampak situasi keamanan di negara itu.
“Menggunakan kesempatan pergerakan saat melakukan distribusi logistik, KBRI membawa 15 WNI dimaksud dari wilayah Khartoum, yang mayoritas terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil,” kata Judha.
Mempertimbangkan situasi peperangan yang masih berlangsung di beberapa titik di Khartoum, kata dia, para WNI yang belum bisa menjangkau tempat perlindungan di KBRI diimbau untuk tetap berada di rumah masing-masing dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah.
Baca juga: Hindari konflik militer, mahasiswa Indonesia di Sudan diungsikan
“Demi keselamatan, pergerakan menuju safe house KBRI dilakukan ketika situasi keamanan sudah memungkinkan,” tutur Judha.
Berdasarkan data KBRI, tercatat sekitar 1.209 WNI menetap di Sudan, yang mayoritas berdomisili di wilayah Khartoum, sebagian di Wad Madani, serta Port Sudan.
Pertempuran berkecamuk sejak Sabtu (15/4/2023) antara tentara nasional Sudan dan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) di Khartoum dan wilayah sekitarnya.
Lebih dari 180 orang tewas dan 1.800 lainnya terluka dalam kekerasan yang sedang berlangsung, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca juga: Malaysia mengutuk keras pertempuran di Sudan
Ketidaksepakatan antara dua rival militer mengenai reformasi militer dan keamanan, yang melibatkan partisipasi penuh RSF di ketentaraan, telah berubah menjadi konflik panas dalam beberapa bulan terakhir.
Sengketa antara kedua belah pihak muncul ke permukaan minggu lalu, ketika tentara mengatakan gerakan baru-baru ini oleh RSF terjadi tanpa koordinasi dan ilegal.
Pada Selasa, tentara Sudan menyetujui gencatan senjata sementara dengan RSF selama 24 jam mulai pukul 06.00 sore waktu setempat.
Jepang mulai bersiap mengevakuasi warga negaranya dari Sudan di tengah pertempuran mematikan di negara itu, sementara Indonesia belum menyatakan akan mengevakuasi WNI dari Sudan. (Ant)