ALIBI.id [31/5/2023] – Museum Aceh berkolaborasi dengan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh dalam rangka PELITA ke IV 2023 menggelar belajar bersama di Museum, Selasa (30/5/2023) di Aula Museum Aceh kota Banda Aceh.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui Kepala UPTD Museum Aceh Mudha Farsyah dalam sambutannya menyebutkan tugas museum bukan hanya menyimpan benda koleksi, melainkan menyebar luaskan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat.
Baca juga: Disbudpar gelar kegiatan belajar bersama di Museum Aceh
“Dengan mengusung tema ‘Mengulik Koleksi Museum Aceh’ untuk menstimulasi generasi muda dalam menggali kembali khazanah intelektual masa lalu, mahasiswa bisa meneliti dan melihat barang yang ada di museum ini sangat memiliki nilai yang tinggi syarat akan sejarah,” kata Mudha.
Mudha menyebutkan untuk saat ini museum Aceh memiliki 5.328 koleksi benda budaya dari berbagai jenis dan 12.445 buku dari berbagai judul yang berisi aneka macam ilmu pengetahuan.
“Museum Aceh juga sudah go digital dan bisa dilihat melalu website museum Aceh, di dalamnya ada koleksi daring yang bisa dilihat yang kemudian terbagi lagi ke dalam 10 jenis, diantaranya geologika, biologika, etnografika dan lain sebagainya yang bisa diakses kapan pun,” ujar Mudha.
Senada dalam kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, Syarifudin menyampaikan, Museum harus dipahami sebagai pusat peradaban, dikarenakan Aceh terpilih sebagai pusat peradaban di Asia Tenggara.
Baca juga: 3.530 koleksi Museum Aceh dilakukan digitalisasi
“Aceh juga dikenal sebagai tempat studi Islam tertua di Asia Tenggara hingga Melayu dapat dilihat melalui naskah yang ada di museum,” jelas Syarifudin di depan 114 peserta yang berasal dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry.
Menurutnya, secara geografis Aceh terletak pada posisi yang sangat penting, menjadi wilayah maritim yang memiliki pelabuhan sehingga masyarakat di sekitarnya open minded kepada masyarakat luar.
“Saya berharap mahasiswa bersama dengan museum Aceh harus berani menggagaskan kembali bagaimana situs sejarah yang ada di sini melalui digitalisasi karena saya yakin Disbudpar Aceh sangat respons terhadap hal ini,” kata Syarifuddin.