ALIBI.id [21/11/2022] – Hand sanitizer seakan menjadi kebutuhan wajib bagi masyarakat kala pandemi Covid-19 melanda dunia. Ambri Agusmanto bersama tiga rekannya melihat ini sebagai momentum membangun bisnis. Iya, anak muda tersebut memproduksi hand sanitizer atau pembersih tangan antiseptik.
Mendirikan Industri Kecil Menengah (IKM), Ambri dan rekannya kemudian memulai produksi hand sanitizer, dan memberi nama produknya Cantila. Jadi, nama Cantila itu merupakan singkata dari Cairan Anti Kuman Nilam Aceh, paparnya.
Kebanyakan hand sanitizer yang beredar di pasaran, berbahan baku alkohol, nah ini yang kemudian membuat Cantila berbeda. Menggunakan ekstrak nilam dan minyak sereh jadi keunggulan produk kami, tukas Ambri lagi.
IKM Cantila sendiri, dirintis oleh empat orang mahasiswa USK, yakni Ambri Agusmanto, Weni Fitri Erfar, Chindy Mauliza Duana dan Hurum Maqshurah. Mulai menjalankan produksi pada Juni 2019 silam.
“Keunggulan ini yang membuat Cantila lebih disukai konsumen”.
Sebab menggunakan bahan baku nilam dan sereh wangi, Ambri mengklaim Cantila lebih efektif membunuh kuman, dan bakteri. Karenanya sangat cocok digunakan di fasilitas kesehatan, rumah tangga, dan juga di sekolah, serta rumah sakit.
Keunggulan lainnya, sambung dia, produk Cantila ramah lingkungan, dan tidak lengket saat digunakan, serta tidak ada efek panas, sebab tidak menggunakan alkohol.
“Keunggulan ini yang membuat Cantila lebih disukai konsumen,” terang Ambri kepada redaksi ALIBI.id.
Cantila sendiri, selain menggunakan produk nilam dan sereh wangi, dalam proses produksinya juga menggunakan aquades, carbopol 940, propilen glikol, gliserin, trietanolamin (TEA), dan bibit parfum untuk memberi efek wangi.
Baca juga: IKM Aeesha food produksi makanan beku berkualitas unggul
Saat ini, Cantila yang beredar di pasaran tersedia dalam ukuran 30 ML, dan dijual seharga Rp20 ribu. Ambri sendiri, selain manfaatkan media sosial untuk pasarkan produk, dirinya juga menjual secara door to door kepada dosen, dan pihak-pihak yang membutuhkan hand sanitizer.
Untuk mendapatkan bahan baku dalam memproduk Cantila, empat sekawan ini bekerjasama dengan Atsiri Research Centre (ARC) USK, dan kini IKM Cantila telah memiliki lima pekerja untuk membantu dalam proses produksi hand sanitizer.
“Untuk saat ini, rata-rata produksinya baru 600 pcs setiap bulannya,” sebut Ambri.
Hasil penjualan hand sanitizer Cantila, saat ini mampu pekerjakan lima orang, dua bagian produksi, dua lainnya marketing, dan satu orang administrasi, ujarnya kemudian.
Bagian penting dari sebuah usaha adalah pemasaran, dan untuk itu, IKM Cantila, selain memanfaatkan penjualan langsung atau direct selling, pihaknya juga gunakan media sosial, seperti Facebook dan instagram, serta online shoping.
Bagi masyarakat yang ingin membeli produk Cantila, dapat menghubungi nomor hape +62 823-8594-8126 atau memesannya lewat IG @cantila_official.
“Saat ini, pemasaran kita sudah menjangkau seluruh wilayah di Aceh,” kata Ambri lagi.
Sebagai pendatang baru penghasil produk antiseptik, IKM Cantila akan terus melakukan inovasi produk, dan meningkatkan kapasitas produksi guna bersaing di pasar. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Ambri dan kawannya.
“Produk serupa di pasaran juga banyak jenis, dan kompetitor juga dari industri besar,” paparnya.
Namun begitu, Ambri yakin, dengan berbagai keunggulan yang dimiliki Cantila, produk yang mereka hasilkan akan menjadi pilihan lebih baik. Untuk itu, optimisme terus dia bangun, dengan menjalin berbagai kordinasi dengan pihak lainnya, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan IKM Aceh, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan dan ARS USK.
Kedepannya, IKM Cantila bercita-cita miliki rumah produksi sendiri, agar dapat meningkatkan volume produksi, serta riset guna menghasilkan berbagai produk lainnya, tandas Ambri.
Discussion about this post