ALIBI.id [3/4/2023] – Berbicara kuliner di Provinsi Aceh seakan tak ada habisnya. Di beberapa tempat, masih terdapat cukup banyak kuliner, sebagian di antaranya merupakan peninggalan masa Kerajaan Aceh Darussalam.
Salah satunya adalah “ie bu peudah”, kuliner khas Aceh yang hanya ada saat bulan Ramadan. Salah satu desa di Aceh Besar yang masih melestarikan Ie Bu Peudah adalah Desa Bueng Sidom, Kecamatan Blang Bintang.
Erwandi (45) warga Bueng Sidom mengatakan, ie bu peudah merupakan salah satu kuliner khas yang ada hanya saat Ramadan tiba. Tradisi memasak kuliner ini sudah ada sejak nenek moyang dan masih dipertahankan sampai sekarang.
“Ie bu peudah ini memang kita buat tiap bulan Ramadan, dengan bahannya beras. Beras ini berasal dari wakaf warga di desa,” kata Erwandi, Kamis (30/3/2023).
Baca juga: Festival Tet Apam komitmen lestarikan kuliner khas Aceh
Ia menjelaskan, tanah wakaf berupa tanaman padi untuk ie bu peudah juga sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu di desa tersebut. Kebiasaan ini masih dipertahankan hingga sekarang.
“Misalnya setiap warga mewakafkan tanaman padinya, ini saat panen untuk memasak ie bu peudah,” jelas Erwandi.
Dalam penyajiannya, ada beberapa bahan yang diolah untuk memasak ibu peudah seperti kunyit, lada hitam, lada putih, oen sitahe (daun tahe) dan lainnya. Rempah-rempah ini kemudian dicampur dengan beras secukupnya dan diaduk seperti memasak bubur.
“Daun tahe ada memang kita tanam khusus. Namun, selama ini kita pesan di gunung Blang Bintang, lalu ditembuk secara bergotong royong di kampung oleh ibuk-ibuk, numbuknya sehari, memang sudah dikeringkan dan disatukan semuanya,” sebutnya.
Setiap memasuki bulan Ramadan, masyarakat Desa Bueng Sidom melakukan musyawarah atau membentuk panitia yang bertugas memasak ie bu peudah. Mereka akan bekerja selama satu bulan penuh dan diberikan honorer ala kadar.
Proses memasak ie bu peudah dimulai sekitar pukul 14.00 WIB hingga menjelang 16.00 WIB. Setelah salat asar atau pukul 16.20 WIB, warga desa setempat mulai berbondong-bondong datang ke masjid untuk mengambil kuliner tersebut.
Baca juga: Gampong Aceh hadirkan ragam kuliner dan oleh-oleh Kota Sabang
Kuliner ie bu peudah dibagikan secara gratis kepada warga. Mereka hanya diminta untuk membawa satu buah wadah per KK untuk mengambil kuliner tersebut.
“Ini kita bagikan gratis kepada masyarakat. Kalau dulu anak-anak kecil yang tidak puasa biasanya begitu siap dimasak, mereka minum di sini ramai-ramai. Selebihnya kita bagikan kepada masyarakat,” kata dia.
Namun, kata Erwandi, kebiasaan tersebut tak berlaku lagi di masa sekarang. Hal ini karena anak-anak di desa tersebut rata-rata sudah melaksanakan puasa penuh layaknya orang yang sudah dewasa.
“Sekarang rata-rata anak-anak sudah pada puasa. Jadi tidak lagi minum ie peudah ini, dulu waktu kami masih kecil-kecil itu, waktu SD, nggak puasa minum ini ramai-ramai,” sebutnya. []