ALIBI.id [18/2/2023] – Lembaga urusan pengungsian PBB (UNHCR) menelusuri latar belakang keluarga sekaligus status pengungsian sebanyak 69 orang etnis Rohingya yang baru terdampar di wilayah Provinsi Aceh.
Protection Associate UNHCR Oktina Hafranti di Aceh Besar, Jumat (17/2/2023) mengatakan untuk sementara 69 orang pengungsi etnis Rohingya tersebut berada di tempat penampungan sementara di Gedung UPTD Dinas Sosial Aceh Rumoh Seujahtera Beujroh Meukaya Ladong, Kabupaten Aceh Besar.
“UNHCR akan melihat kembali latar belakangnya apakah sudah terdaftar di Bangladesh, seperti nama, umur, dan keluarganya ada dimana. Jadi akan melakukan wawancara secara formal dan menyeluruh,” katanya.
Baca juga: 69 Imigran Rohingya kembali terdampar di Aceh Besar
Ia menjelaskan akhir-akhir ini memang banyak pengungsi etnis Rohingya keluar dari negaranya, karena kondisi di Banglades yang semakin tidak kondusif sejak tiga bulan pertama tahun 2022.
“Dan tahun 2023 ini, memang banyak sekali kebakaran, kemudian tempatnya sudah tidak layak lagi dan keamanan di sana memang sangat riskan,” katanya.
Hal tersebut membuat pengungsi yang berada di kamp pengungsian di Bangladesh tersebut keluar untuk mencari keamanan ke negara-negara lain.
“Jadi mereka keluar dari sana karena memang tempatnya itu sudah sangat riskan, keamanannya juga sangat tidak memadai sekali,” ujarnya.
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya bersama pemerintah dan lembaga swadaya lokal lainnya sepakat untuk memberi dukungan terhadap para pengungsi itu, termasuk memenuhi kebutuhan dasar.
“MCK (Mandi Cuci Kakus) di sini akan kita lihat. Jika memang dibutuhkan maka UNHCR beserta lembaga kemanusiaan lainnya akan mencoba atau membantu hal itu,” ujarnya.
Baca juga: Tampung 665 imigran Rohingya, UNHCR puji pemerintah Indonesia
Di sisi lain, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Banda Aceh juga telah memeriksa kesehatan terhadap 69 orang imigran Rohingya itu, melalui pengambilan sampel darah dan tes cepat antigen untuk mendeteksi virus COVID-19.
Kasubbag Adum KKP Kelas II Banda Aceh Yusri mengatakan sampel darah dan tes usap itu dilakukan untuk memastikan pengungsi tersebut tidak membawa berbagai penyakit infeksi yang mematikan.
Selama tahapan pemeriksaan, kata dia, KKP tidak menerima keluhan dan juga tidak menemukan adanya gejala klinis pada fisik dari para pencari suaka tersebut.
“Yang kami skrining itu COVID-19, sifilis, HIV/AIDS dan hepatitis. Alhamdulillah dari hasil pemeriksaan mereka tidak ada yang terkontaminasi,” kata Yusri. (Ant)
Discussion about this post