Alibi.id [26/7/2022] – Seorang perempuan tampak sibuk menata gerabah hias di IKM Rumoeh Gerabah, Gampong Ulee Tutue, Pidie, provinsi Aceh.
Ratusan gerabah dengan berbagai ukuran, kecil, sedang dan besar memenuhi ruangan berukuran 25 meter persegi. Sebuah rak kayu berukuran besar tampak dipenuh gerabah.
Gerabah yang terpajang di ruangan itu bermacam bentuk, ada berupa alat untuk masak, vas bunga, guci pajangan, celengan, dan juga ragam jenis lainnya.
Saban hari begitu ramai warga yang datang ke lokasi usaha milik Dora Asra, perempuan lulusan salah satu perguruan tinggi di Banda Aceh mendirikan usahanya sejak Desember 2020. Dan hingga saat ini banyak diminati warga.
Dora juga mulai merambah dunia dagangannya lewat media sosial instagram, dan Facebook.

Dora menceritakan awal pandemi melanda dunia, dirinya masih berjualan bibit tanaman, dan juga bunga. Namun kemudian ide membuat tembikar muncul, dan selanjutnya dia memulai usaha yang saat ini tengah Ia geluti tersebut.
Untuk melihat ragam produk IK Rumoeh Gerabah, dapat berkunjung ke akun Instagram rumoehgerabah.
Selain itu, warga juga dapat memesan langsung produk yang diinginkan pada nomor yang tersedia di instagram rumoehgerabah tersebut.
Sembari terus menjelaskan tentang IKM Rumoeh Gerabah, tangan Dora tek henti bekerja, dia mencampur tanah liat, pasir halus, dan memproses gerabah-gerabah tersebut dengan bantuan alat kerja.
“Untuk membuat model butuh waktu beberapa pekan, dari proses pembentukan, pengeringan, hingga penjemuran total perlu waktu 15 hari,” kata Dora beberapa waktu lalu.
Kendala terbesar yang dihadapi IKM Rumoeh Gerabah adalah ketiadaan alat pengering, sebab, selama ini Dora masih menggunakan secara manual, yakni dengan metode pembakaran menggunakan daun kering. Proses pengeringan sendiri membutuhkan waktu.
Maka jika musim hujan terjadi, produk yang dihasilkan kurang memuaskan, dan hal tersebut juga menjadi hambatan untuk proses meningkatkan kapasitas produksi.

Selanjutnya proses penjemuran produk, nah kendala yang dia hadapi adalah cuaca yang tak menentu. Jika sering hujan, maka hal itu sangat mengganggu produksi gerabah.
Untuk itu, katanya lagi, dirinya saat ini membutuhkan ruangan khusus yang dapat difungsikan untuk pengeringan gerabah.
“Jadi, walau cuaca hujan, tidak menghambat proses produksi,” kata Dora.
Di masa awal menjalankan usahanya, pendapatan IKM Rumoeh Gerabah masih minim, rata-rata perbulan Ia hanya mendapatkan omset Rp500 ribu.
proses pembentukan, pengeringan, hingga penjemuran total perlu waktu 15 hari.
Namun kini berkat penjualan dilakukannya lewat media sosial, penjualan meningkat, dan bahkan dia mengaku sudah meraup pendapatan jutaan rupiah setiap bulannya.
Jika mendapatkan order dalam jumlah besar, Dora mengaku dirinya melibatkan para perajin lainnya di desa Alue Tutue, dan juga Dayah Tanoh.
Selanjutnya, proses pemolesan akhir dilakukan sendiri di Rumoeh Gerabah.
Daya jangkau pemasaran IKM Romoeh Gerabah saat ini sudah dilakukan di seluruh kabupaten di Aceh, dan bahkan Dora juga menjual hasil produknya ke sejumlah provinsi lainnya.

Untuk harga, Dora menjamin hasil produksinya lebih murah, dengan kisaran harga dari Rp5 ribu hingga Rp450 ribu, tergantung jenis dan ukuran serta model yang dipesan.
“Kalau di Aceh hampir semua, kalau luar Provinsi ada juga orang Medan,” tuturnya.
Dora berharap adanya dukungan pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi yang bertujuan meluaskan akses pemasaran milik usahanya, baik itu untuk pengunaan di sekolah, ataupun di kantor-kantor pemerintah di Aceh. (**)
Discussion about this post