ALIBI.id [31/5/2022] : Belasan piagam penghargaan dan sertifikat berjejer rapi di salah satu bagian dinding rumah toko (ruko) yang disulap menjadi gerai penjualan bordir milik industri kecil menenangah (IKM) Yuyun Bordir di Jalan Prof Ali Hasyimi, Ilie, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh.
Berdiri sejak tahun 1999, usaha ini sebelumnya beroperasi di kawasan Lambaro Skep, Kota Banda Aceh. Seiring berjalannya waktu, IKM Yuyun Bordir terus berbenah. Owner usaha tersebut, Yulidar Oesman kemudian menyulap sebuah ruko di lintasan Prof Ali Hasyimi menjadi sebuah gerai penjualan bordir.
Di dalam toko tersebut, ragam produk bordir bermacam model terpajang rapi. Aneka jenis tas tersusun, dan sebagian besar dipajang di dalam lemari. Keseragaman motif yang dipilah di setiap bagian lemari membuat kesan mewah di toko itu.
“Kita sudah hadir sejak tahun 1999 dan Alhamdulillah brand kita yakni Pucok telah terdaftar di HAKI,” ujar Yulidar beberapa waktu lalu.
Di toko itu, bersama suaminya bernama Asri, Yulidar memproduksi berbagai macam produk, antara lain tas, dompet, baju fashion hingga mukena. Desain produk bordir tersebut fokus ke etnik keacehan.
Beragam produk bordir itu dibanderol dengan harga bervariasi, mulai Rp100 ribu hingga Rp1,5 juta, tergantung jenis dan bahan yang digunakan. Sedangkan khusus pakaian, harganya mulai Rp500 ribu hingga Rp3,5 juta.
“Produk yang harganya Rp1,2 juta sampai Rp1,5 juta itu bahannya campur kulit, bahannya berkualitas, harga juga tergantung pesanan konsumsen dan besar kecilnya motif,” ucap Yulidar.
Yuyun Bordir menjadi salah satu industri kecil menengah di daerah ujung barat Sumatra itu yang brand-nya bernama PUCOK telah diakui dan terdaftar Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI.
PUCOK itu sendiri, terang Yulidar, memiliki filosofi bahwa IKM Yuyun Bordir selalu di atas dan selalu inovatif serta terus tumbuh bersama kreatifitasnya. Filosifi ini juga mewakili kisah perjalanan Yuyun Bordir sejak tahun 1999.
“Kita mulai merintis usaha tahun 1999 di rumah dengan 1 pekerja dan modal dasar 3 jutaan dengan 1 mesin, kemudian terus bertambah dan berkembang, lalu pada 2004 kita kena musibah, habis semua, tahun 2006 kita mulai dari nol, merintis lagi hingga menjadi sekarang,” kenang Yulidar.
Sejak berdiri, kata Yulidar, Yuyun Bordir mengusung konsep membuat kerajinan Aceh lebih fashionabel (modis), keren dengan tak mengabaikan etnik keacehan. Produk-produk tersebut dirancang semenarik mungkin dengan model-model baru, bahan baru dan terbaik.
“Kita memakai kualitas bahan premium ini, canvas-canvas premium, terus kita mencoba dengan motif-motif Aceh. Motif Aceh kan banyak, bukan hanya pintu Aceh, pucok kereubung, mungkin ratusan, di sinilah kita mencoba memperkenalkan motif-motif Aceh lain,” tutur Yulidar.
Selain itu, kata Yulidar, Yuyun Bordir juga mengusung konsep dengan target pasar kalangan anak muda. Sebab, menurutnya, tas bordir selama ini mendapat identik sebagai produk kaum ibu-ibu rumah tangga.
“Kita coba masuk ke segmen pasar anak muda. Yang kalau dipakai menjadi fashionabel, cantik, jadi pas dia pakai itu keren, dan kita terus buat desain-desain kekinian. Terus kita mengikuti tren warna, terus kita ngulik lagi terkait motif-motif Aceh yang kita buat,” ujarnya.
Langganan Pejabat Negara
IKM Yuyun Bordir menjadi langganan para pejabat negara saat mengunjungi Provinsi Aceh. Salah satunya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati saat meninjau Pameran Produk Kerajinan Unggulan Aceh, di Plaza Aceh, Rabu (25/11/2022).
Dalam kunjungan itu, Menteri Bintang ‘memborong’ sejumlah produk unggulan kerajinan Aceh. Meski di luar juga ada produk seperti batik, bagi Menteri Bintang, batik di Aceh ini punya khas sendiri dan menarik.
“Bu menteri memborong semua tas selempang hp motif Aceh,” kata Yulidar.
Menteri Bintang dan Ketua Dekranasda Aceh, Dyah Erti Idawati juga memborong masker dengan motif Aceh. Bintang bahkan langsung memakai masker tersebut.
“Bahagia dan bangga. Meski harganya murah tapi ini bu menteri langsung yang pakai,” ujar Yulidar bangga.
Yulidar menyebutkan selain membeli masker dan tas selempang, Menteri juga memborong beberapa produk kerajinan lain seperti baju batik motif Aceh serta tudung saji yang dibikin dengan pelepah pinang.
“Jadi barang kita selain diminati seluruh Indonesia dan beberapa negara, juga diminati oleh para pejabat negara,” ucap Yulidar.
Inovasi dan Kreasi Selama Pandemi
Yuyun Bordir menjadi salah satu IKM yang berhasil melewati dan bertahan di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya, merambahnya virus tersebut memberi efek besar bagi usahanya, di mana omzet yang biasanya Rp50 juta turun menjadi Rp10 juta per bulan.
“Kita mikir juga gimana, kita ada 10 pekerja tetap dan ada sekitar 20-30 perajin. Kita juga berpikir nasib mereka, Alhamdulillah kita bisa melewatinya dan sekarang Covid-19 mau berakhir,” ujar Yulidar.
Inovasi dan kreasi menjadi kunci Yuyun Bordir bertahan di tengah pandemi Covid-19. Dalam waktu dua bulan atau tiga bulan sekali, Yuyun Bordir akan mengeluarkan produk baru dengan mengikuti tren.
“Kita punya konsumen tetap, konsumen-konsumen itu tetap update, selalu nanya. Ya dari itu, alhamdulillah mereka pesan yang biasanya pesan 10 setidaknya ada 5,” sebut Yulidar.
Yulidar bersama sang suami, memutar otak agar produk tetap laku, meski pembatasan-pembatasan akibat Covid-19. Karena itu, Yulidar mengungkapkan, strategi yang dibangun Yuyun Bordir agar bertahan di tengah pandemi, kreatif dan inovatif, dengan melahirkan produk fashion yang mudah diserap pasar, misalnya pakaian olahraga.
Selama pandemi, sebut Yulidar, masyarakat cenderung melakukan olahraga, seperti bersepeda, dan lainnya. Nah, peluang itu ditangkap dengan memprduksi beragam produk yang mengenai olahraga dan Alhamdulillah produksi diterima baik di pasaran.
Tidak hanya itu, pihaknya juga memproduksi masker, dan juga sajadah serta souvenir, dan seluruh produk itu dipasarkan dengan model online dan offline.
“Tetapi kita lebih fokus online, di mana ibu-ibu yang selama ini datang langsung ke toko kemudian beralih melalui online maupun WA,” ujar Yulidar.
Peran Disperindag Aceh
Berkembangnya usaha Yuyun Bordir tak terlepas dari peran dan perhatian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Aceh. Melalui Bidang Pengembangan Industri Menengah dan Aneka, Yuyur Bordir kerap dilibatkan di setiap event yang ada, salah satunya pameran.
Selain itu, Disperindag Aceh juga aktif mempromosikan produk-produk Yuyun Bordir ke sejumlah calon konsumen, baik lokal maupun nasional. Saat ini, Disperindag juga sedang melakukan pembinaan untuk persiapan ekspor ke luar negeri.
“Disperindag tidak pernah berhenti membina kami, sejak dari kecil dan terus berkelanjutan, yang baru lahir tetap dibina, yang usah bisa berdiri masih dibina, yang besar makin besar pembinaannya, sampai sekarang kita mulai pembinaan ekspor, sudah mulai ekspor selain pemasaran luar negeri terus digenjut,” ujar Yulidar.
Selain itu, kata Yulidar, Disperindag Aceh juga kerap melibatkan Yuyun Bordir dalam berbagai event pelatihan manajemen, pengembangan usaha, pemasaran dan sebagainya.
“Disprindag selalu mendukung kami dengan luar biasa, terus kalau ada pameran dalam dan luar negeri itu juga Disperindag yang dibilang peran sih, sangat sangat berperan kalau khusus Disperindag ya,” ujar Yulidar.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Aceh terus menyokong agar para pelaku IKM di provinsi paling barat Indonesia itu terus berkembang, melalui peningkatan kompetensi berupa pelatihan-pelatihan yang digelar pemerintah maupun lembaga swasta yang kredibel.
Kepala Bidang Pengembangan Industri Menengah dan Aneka Disperindag Aceh, Nila Kanti mengatakan, di samping mengasah kemampuan, pelatihan ini juga akan menjadi ajang bagi para pelaku IKM dalam memperluas jaringan, mitra dan hal-hal baru terkait strategi penjualan produk.
“Silakan perluas wawasan bisnisnya melalui kesempatan pelatihan yang ditawarkan secara tatap muka maupun online, banyak program pelatihan-pelatihan yang ditawarkan, asalkan kita mau mencari tahu,” ujar Nila Kanti. (***)
Discussion about this post