ALIBI.id [9/9/2022] – Pada pekan kedua bulan September 2022, wilayah Sumatera bagian utara (Aceh dan Sumut) mencatatkan jumlah aktivitas genpa sebanyak 47 kejadian dengan 4 kejadian dirasakan.
Jumlah tersebut cukup signifikan perbedaannya dengan jumlah lebih banyak dibandingkan bulan Agustus. Secara seismisitas, kejadian gempa bumi dibangkitkan oleh zona subduksi pada bagian barat yang mana lempeng oseanik Indo-Australia bergerak dengan 5–6 cm/tahun menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia. Selain itu, zona patahan Sumatra juga cukup sering membangkitkan gempa di darat, zona tersbut tersegmentasi sepanjang Pulau Sumatra yang bergerak dengan arah dekstral (menganan) dan memiliki pergeseran 2 – 3 cm/tahun.
Secara statistik, kasifikasi jumlah gempa bumi berdasarkan magnitudo, yaitu gempa bumi M < 4.0 sebanyak 42 kejadian, gempa bumi 4.0 < M≤ 5.0 sebanyak 4 kejadian, dan gempa bumi M > 5 sebanyak 1 kejadian.
Sedangkan, total gempa bumi yang memiliki episenter berlokasi di darat sebanyak 25 kejadian dan di laut sebanyak 22 kejadian. Selain itu, berdasarkan kedalaman, gempa bumi dangkal (< 60 Km) sebanyak 40 kejadian, menengah (60 – 300 km) sebanyak 7 kejadian, dan dalam ( ≥ 300 Km) tidak ada kejadian.
Beberapa gempa yang dirasakan yaitu, gempa Aceh Singkil pada tanggal 02 September pukul 10:34:23 WIB di 2.2LU – 97.82BT dengan Magnitudo 4.9. Hiposenter pada kedalaman 52 km, berlokasi di laut 3 km Barat Daya Singkil Utara-Aceh Dirasakan III-IV MMI di Singkil, Aceh Selatan, Berastagi hingga Humbang Hasundutan. Selanjutnya, gempa bumi Aceh Singkil juga terjadi pada hari yang sama pada pukul 17:04:30 WIB di 2,15LU; 97,84BT dengan Magnitudo 3.7 pada kedalaman 26 km, sekitar 21 km Tenggara Kab, Aceh Singkil dan dirasakan III MM di Aceh Singkil.
Terdapat juga 2 gempa dirasakan di Nias, gempa pertama pada tanggal 08 September pukul 05:26:33 WIB berlokasi di 1.23LU – 96.86BT dengan Magnitudo 4.7 pada kedalaman 15 km, berlokasi di laut 60 km Barat Daya Nias Utara-Sumut dan dirasakan II MMI di Gunung Sitoli.
Gempa kedua memiliki magnitude terbesar yaitu pada hari yang sama terjadi pukul 14:58:55 WIB berlokasi di 1.47LU – 96.95BT dengan Magnitudo 5.2. Hiposenter berada pada kedalaman 14 km, berlokasi di laut 45 km Barat Laut Nias Utara-SUMUT dirasakan II-IV MMI di Pulau Nias hingga Aceh Singkil.
Menurut seismologist PGR I, Nezia Marbun, gempa Aceh Singkil dan Nias pada pekan kedua September 2022 terjadi pada kedalaman sehingga bisa dikaitkan dengan aktivitas tektonik dari subduksi Sumatra.
“Gempa Aceh Singkil dan Nias memiliki mekanisme yang sama yaitu patahan naik (thrust fault) yang umumnya terjadi pada bagian batas antara interior lempeng oseanik Indo-Australia dan kontinen Eurasia,” kata Nezia Marbun dalam keterangannya, Jumat (9/9/2022).
Menurutnya, distribusi gempa bumi berasal dari pergerakan subduksi miring Lempeng Oseanik Indo-Australia yang menunjam Lempeng Benua Eurasia dengan laju geser 5-6 cm/tahun.
“Pada sistem tektonik Sumatra, gempa bumi di Aceh Singkil dan Nias merupakan tipe gempa interface yang berasal dari aktivitas tektonik pada kerak bumi di lempeng oseanik, untuk Gempa Aceh Singkil 2 September pada kedalaman 52 Km bisa dianggap terjadi pada transisi interface dan intraslab,” katanya.
Dalam beberapa kasus, aktivitas gempa interface-intraslab memiliki potensi untuk mempengaruhi seismisitas pada patahan aktif yang tersegmentasi di sepanjang daratan Sumatra yang bergerak pada arah dekstral atau menganan.
“Selain itu, tipe gempa transisi juga menghasilkan wilayah spektrum guncangan yang lebih luas,” ucapnya.
Lebih lagi, Nezia menambahkan beberapa kejadian gempa bumi interface-intraslab merusak, antara lain gempa padang 2007, gempa Bengkulu 2007, dan di awal Januari terdapat gempa M 6 di daerah Banten.
Umumnya, gempa-gempa yang terjadi di zona interface-intraslab memiliki pelepasan energi seismik yang besar karena dibangkitkan oleh mekanisme naik dengan dimensi patahan yang besar dan diikuti spektrum guncangan yang luas.
Sebelumnya, terdapat dua gempa skala M 5 pada bulan Maret akibat aktivitas subduksi di pesisir barat Aceh dan dirasakan hingga III MMI di daerah Simeuleu serta terakhir pada Senin, 20 Juni terjadi gempa pada kedalaman 77 km dengan magnitudo 4.8 yang dirasakan sekitar III – IV MMI.
Kepala Bawil I BMKG, Hendro Nugroho juga menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir dan panik dalam menanggapi informasi yang tidak benar dan berlebihan.
“BMKG selalu cepat dan tepat serta responsif saat gempa terjadi sekecil apapun magnitude nya, kami selalu berusaha menganalisis dan memahami karakteristiknya,” katanya.
“Gempa yang dirasakan pada pekan ini tidak diikuti oleh fenomena tsunami dan tidak ada laporan kerusakan,” katanya lagi.
Masyarakat diminta bisa memahami kondisi kegempaan di daerah tempat tinggal, selalu waspada dan tetap mengikuti informasi resmi terkait gempa bumi dari media sosial BMKG dan kanal-kanal berita yang valid.
Discussion about this post